Menghargai
Pembantu
Oleh
: Amina Erni (Penyiar Radio Pesona FM)
Rasul
tak pernah mengeluarkan kata-kata kasar kepada pembantunya.
Bertahun-tahun
melayani Nabi Muhammad, ujar Anas bin Malik, belum pernah ia mendapati
kata-kata kasar keluar dari mulut majikannya itu. Bahkan muka masam tidak
pernah diperlihatkan kepadanya, apalagi memukul. Muhammad memperlakukan
pembantunya, Anas dengan lemah lembut.
Aisyah menjadi saksi. Menurut dia, Rasulullah tak pernah
memukul dengan tangannya sama sekali, kecuali ketika berjihat dijalan Allah.
“Beliaupun tak pernah memukul pembantu dan perempuan,” ujarnya dalam hadits
yang diriwayatkan Muslim.
Kisah manis pembantu Muhammad pun berlanjut. Anas
menuturkan, ketika ia tak sepenuhnya mampu mengerjakan apa yang diminta, junjungannya
itu mampu memakluminya. Pernah saudaranya memarahi Anas dan diketahui Muhammad.
Lalu Muhammad akan segera membela Anas.
“Biarkan dia. Seandainya mampu, dia tentu akan
mengerjakannya,” ujar suami Khadijah ini. Suatu hari, ungkap Anas ia diminta ;untuk
menyelesaikan sebuah urusan. Namun ia melakukan kekhilafan. Anas malah
bermain-main dipasar bersama sejumlah anak. Tiba-tiba majikannya itu muncul dan
memegang bajunya dari belakang. Anas melihat wajah Muhammad, bukan amarah yang
terlihat, melainkan senyum yang menghiasi bibirnya.
Dengan lembut, Muhammad berkata, “Anas pergilah ketempat
yang aku perintahkan.” uqbah bin Amir Juhani, pembantu lainnya, juga merasakan
kelemah lembutan putra Abdullah tersebut. Meski hanya berstatus sebagai
pembantu rumah tangga, Rasul tidak menginginkan Uqbah menderita.
Menurut Uqbah, dalam sebuah perjalanan, Rasul meminta
dirinya untuk bergantian menunggang keledai yang digunakannya sebagai
kendaraan. Sebab, ia tidak ingin Uqbah kelelahan berjalan kaki. Dalam sebuah
referensi buku Sopian dikatakan bahwa Rasul tidak hanya menjadi majikan bagi pembantunya.
Beliau ujar bahwa Rasul adalah sosok teladan yang ditiru
oleh pembantu yang ikut dengannya. Abu Hurairah mengatakan, tak seorangpun
shalatnya mirip dengan Rasulullah, melainkan Ummu Sulaim, yaitu Anas bin Malik.
Tsaubah salah seorang pembantu Rasul sangat jatuh cinta padanya.
Ia mengadu kepada Rasul bahwa ia merasa hampa jika tak
bersamanya. Ia khawatir jika diakhirat nanti tak bertemu. Tak lama setelah
penuturan Tsaubah, turun wahyu bahwa barang siapa saja yang taat pada Allah dan
Rasulnya, maka nanti diakhirat ia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat
Allah. Yaitu para Nabi, Shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan
orang-orang yang shaleh.
Shaleh Ahmad asy-syaami dalam bukunya, Berakhlak dan Beradab Mulia, menegaskan
agar berlaku baik terhadap pembantu rumah tangga. Ia mencontohkn yaitu dengan
berkata-kata baik terhadap mereka.
Sebab bagaimanapun pembantu adalah manusia. Seseorag
sebaiknya tak memanggil pembantunya dengan panggilan buruk. Di sisi lain, kata
dia, pembantu harus merasakan rasa hormat. Dengan demikian ada timbal balik
antara pembantu rumag tangga tersebut dengan majikannya.
Dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, memang
sepatutnyalah kita mentauladani Rasulullah dari segi akhlaknya terhadap sesama,
berlaku baik kepada pembantunya. Hal ini juga merupakan bukti akan ketaqwaan
manusia kepada penciptanya, meningkatkan keimanan. Sebagaimana yang disampaikan
Allah dalam firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 1-4 dan aliimran ayat
133-135.
Beberapa
riwayat tersebut, hendaknya tidak hanya menjadi sebuah bacaan atau hanya
referensi semata, namun adalah bahan renungan. Betapa mulia dan luhurnya sikaf
dan tata cara Rasul dalam memperlakukan hamba
Allah, salah satunya pembantu. Sehingga tidak ada kesenjangan diantara yang
satu dan yang lainnya, semua adalah sama. Pada dasarnya semua hamba adalah sama
adanya, yang membedakannya adalah tingkat ketaqwaan dan keimanannya saja. Akhlak
baik hendaknya senantiasa diberlakukan kepada siapapun dan dimanapun. Tidak
mengenal kasta, harta, jabatan dan ras suku. Menghargai pembantu adalah
salahsatu contohnya, seperti yang telah penulis uraikan di atas berdasarkan
beberapa riwayat. Tidak ada alasan untuk berlaku tidak baik kepada sesama
manusia, baik sesama umat muslim maupun berlainan kepercayaan.
Jika
Rasul saja berlaku bijak dan arif pada para pembantunya, lalu mengapa umat Nabi
masa sekarang harus berlaku sombong dan tak adi. Kiranya hal ini patut untuk
dipertanyakan kepada siapapun termasuk juga pada diri anda. Dengan Maha Kasih
dan Maha Penyayang-Nya, Allah senantiasa mengasihi para hamba-Nya, memberi
keampunan kepada siapa saja yang ingin kembali kejalan-Nya.
Rasul pun tak pernah berkata-kata
kasar kepada pembantu rumah tangganya, itulah kiranya pedoman yang bisa selalu diingat bagi para
umatnya. Bagaimanapun kehidupan yang ia miliki, semata-mata hanyalah titipan
Allah jua dan kapanpun akan ditarik kembali dengan kekausaan-Nya. Sebaliknya,
semudah membalikkan telapak tangan pula, Allah mampu memberi kenikmatan dan
keberkahan bagi siapa saja yang Ia kehendaki, termasuk kepada mereka yang
senantiasa memuliakan pembantunya.
Selain
dari riwayat-riwayat yang telah disebutkan di atas, terdapat juga dalam riwayat
dan sejarah Islam lainnya, bahwa jelas-jelas Rasul memperlakukan pembantunya
seperti ia bergaul dengan saudara-saudara serta sahabat-sahabatnya. Dari segi
panggilan misalnya, selalu berkata-kata sopan dan sejuk untuk didengar. Tak
pernah ada kata-kata yang bersifat menyinggung atau menyakiti perasaan siapa
saja yang ada disekelilingnya. Pembantunya ia anggap sebagai sahabat layaknya
sahabat-sahabat yang senantiasa menemani dan berjuang dalam menyebarkan Islam
di jalan dakw ah.
Sehingga
Rasul dikenal dengan sosok yang sangat arif dan bijaksana,tidak hanya pada saat
itu. Tetapi hingga saat ini pun, sejarah masih menulis dan menobatkan Rasul
sebagai suri tauladan yang baik. Segala sikap dan perbuatannya, tetap menjadi
landasan dalam mengarungi kehidupan ini. Karena itulah, dalam haditsnya,
Rasulullah berpesan bahwa dua pusaka yang ia tinggalkan agar menjadi pedoman
dan tali pegangan bagi umatnya, yaitu al-qur’an serta sunnah-sunnah yang telah
ia sampaikan bernama hadits.
Karena
itu, marilah sempurnakan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, dengan menghargai
pembantu rumah tangga atau apapun istilah yang berlaku dalam kehidupan anda,
bagi mereka yang senantiasa membantu dan setia menemani keseharian anda,
meringankan beban dan tugas anda. Semangatkan diri dalam beribadah pada Allah,
dengan cara mematuhi segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Jangan
biarkan diri anda sebagai sosok yang ditakuti karena kemurkaan dan kekerasan anda
terhadap yang papah. Sebagaimana perilaku yang diterima Tenaga Kerja Wanita
(TKW) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negeri luar sana. Bentuk hubungan
yang baik secara horizontal dan pertikal, kepada Allah (hablumminallah) dan
sesama umat manusia (hablumminannas). Wallahu A’lam.
malam. benar ini khairul alumni STAIN Curup ? saya amina erni dan terima kasih karya tulis saya telah dimuat dalam akun milik khairul ini.
BalasHapus