Rabu, 21 Maret 2012

Menghargai Pembantu


Menghargai Pembantu
Oleh : Amina Erni (Penyiar Radio Pesona FM)
Rasul tak pernah mengeluarkan kata-kata kasar kepada pembantunya.
Bertahun-tahun melayani Nabi Muhammad, ujar Anas bin Malik, belum pernah ia mendapati kata-kata kasar keluar dari mulut majikannya itu. Bahkan muka masam tidak pernah diperlihatkan kepadanya, apalagi memukul. Muhammad memperlakukan pembantunya, Anas dengan lemah lembut.
            Aisyah menjadi saksi. Menurut dia, Rasulullah tak pernah memukul dengan tangannya sama sekali, kecuali ketika berjihat dijalan Allah. “Beliaupun tak pernah memukul pembantu dan perempuan,” ujarnya dalam hadits yang diriwayatkan Muslim.
            Kisah manis pembantu Muhammad pun berlanjut. Anas menuturkan, ketika ia tak sepenuhnya mampu mengerjakan apa yang diminta, junjungannya itu mampu memakluminya. Pernah saudaranya memarahi Anas dan diketahui Muhammad. Lalu Muhammad akan segera membela Anas.
            “Biarkan dia. Seandainya mampu, dia tentu akan mengerjakannya,” ujar suami Khadijah ini. Suatu hari, ungkap Anas ia diminta ;untuk menyelesaikan sebuah urusan. Namun ia melakukan kekhilafan. Anas malah bermain-main dipasar bersama sejumlah anak. Tiba-tiba majikannya itu muncul dan memegang bajunya dari belakang. Anas melihat wajah Muhammad, bukan amarah yang terlihat, melainkan senyum yang menghiasi bibirnya.
            Dengan lembut, Muhammad berkata, “Anas pergilah ketempat yang aku perintahkan.” uqbah bin Amir Juhani, pembantu lainnya, juga merasakan kelemah lembutan putra Abdullah tersebut. Meski hanya berstatus sebagai pembantu rumah tangga, Rasul tidak menginginkan Uqbah menderita.
            Menurut Uqbah, dalam sebuah perjalanan, Rasul meminta dirinya untuk bergantian menunggang keledai yang digunakannya sebagai kendaraan. Sebab, ia tidak ingin Uqbah kelelahan berjalan kaki. Dalam sebuah referensi buku Sopian dikatakan bahwa Rasul tidak hanya menjadi majikan bagi pembantunya.
            Beliau ujar bahwa Rasul adalah sosok teladan yang ditiru oleh pembantu yang ikut dengannya. Abu Hurairah mengatakan, tak seorangpun shalatnya mirip dengan Rasulullah, melainkan Ummu Sulaim, yaitu Anas bin Malik. Tsaubah salah seorang pembantu Rasul sangat jatuh cinta padanya.
            Ia mengadu kepada Rasul bahwa ia merasa hampa jika tak bersamanya. Ia khawatir jika diakhirat nanti tak bertemu. Tak lama setelah penuturan Tsaubah, turun wahyu bahwa barang siapa saja yang taat pada Allah dan Rasulnya, maka nanti diakhirat ia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat Allah. Yaitu para Nabi, Shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shaleh.
            Shaleh Ahmad asy-syaami dalam bukunya, Berakhlak dan Beradab Mulia, menegaskan agar berlaku baik terhadap pembantu rumah tangga. Ia mencontohkn yaitu dengan berkata-kata baik terhadap mereka.
            Sebab bagaimanapun pembantu adalah manusia. Seseorag sebaiknya tak memanggil pembantunya dengan panggilan buruk. Di sisi lain, kata dia, pembantu harus merasakan rasa hormat. Dengan demikian ada timbal balik antara pembantu rumag tangga tersebut dengan majikannya.
            Dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, memang sepatutnyalah kita mentauladani Rasulullah dari segi akhlaknya terhadap sesama, berlaku baik kepada pembantunya. Hal ini juga merupakan bukti akan ketaqwaan manusia kepada penciptanya, meningkatkan keimanan. Sebagaimana yang disampaikan Allah dalam firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 1-4 dan aliimran ayat 133-135.
Beberapa riwayat tersebut, hendaknya tidak hanya menjadi sebuah bacaan atau hanya referensi semata, namun adalah bahan renungan. Betapa mulia dan luhurnya sikaf dan tata cara Rasul dalam memperlakukan  hamba Allah, salah satunya pembantu. Sehingga tidak ada kesenjangan diantara yang satu dan yang lainnya, semua adalah sama. Pada dasarnya semua hamba adalah sama adanya, yang membedakannya adalah tingkat ketaqwaan dan keimanannya saja. Akhlak baik hendaknya senantiasa diberlakukan kepada siapapun dan dimanapun. Tidak mengenal kasta, harta, jabatan dan ras suku. Menghargai pembantu adalah salahsatu contohnya, seperti yang telah penulis uraikan di atas berdasarkan beberapa riwayat. Tidak ada alasan untuk berlaku tidak baik kepada sesama manusia, baik sesama umat muslim maupun berlainan kepercayaan.
Jika Rasul saja berlaku bijak dan arif pada para pembantunya, lalu mengapa umat Nabi masa sekarang harus berlaku sombong dan tak adi. Kiranya hal ini patut untuk dipertanyakan kepada siapapun termasuk juga pada diri anda. Dengan Maha Kasih dan Maha Penyayang-Nya, Allah senantiasa mengasihi para hamba-Nya, memberi keampunan kepada siapa saja yang ingin kembali kejalan-Nya.
Rasul pun tak pernah berkata-kata kasar kepada pembantu rumah tangganya, itulah kiranya          pedoman yang bisa selalu diingat bagi para umatnya. Bagaimanapun kehidupan yang ia miliki, semata-mata hanyalah titipan Allah jua dan kapanpun akan ditarik kembali dengan kekausaan-Nya. Sebaliknya, semudah membalikkan telapak tangan pula, Allah mampu memberi kenikmatan dan keberkahan bagi siapa saja yang Ia kehendaki, termasuk kepada mereka yang senantiasa memuliakan pembantunya.
Selain dari riwayat-riwayat yang telah disebutkan di atas, terdapat juga dalam riwayat dan sejarah Islam lainnya, bahwa jelas-jelas Rasul memperlakukan pembantunya seperti ia bergaul dengan saudara-saudara serta sahabat-sahabatnya. Dari segi panggilan misalnya, selalu berkata-kata sopan dan sejuk untuk didengar. Tak pernah ada kata-kata yang bersifat menyinggung atau menyakiti perasaan siapa saja yang ada disekelilingnya. Pembantunya ia anggap sebagai sahabat layaknya sahabat-sahabat yang senantiasa menemani dan berjuang dalam menyebarkan Islam di jalan dakw ah.
Sehingga Rasul dikenal dengan sosok yang sangat arif dan bijaksana,tidak hanya pada saat itu. Tetapi hingga saat ini pun, sejarah masih menulis dan menobatkan Rasul sebagai suri tauladan yang baik. Segala sikap dan perbuatannya, tetap menjadi landasan dalam mengarungi kehidupan ini. Karena itulah, dalam haditsnya, Rasulullah berpesan bahwa dua pusaka yang ia tinggalkan agar menjadi pedoman dan tali pegangan bagi umatnya, yaitu al-qur’an serta sunnah-sunnah yang telah ia sampaikan bernama hadits.
Karena itu, marilah sempurnakan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, dengan menghargai pembantu rumah tangga atau apapun istilah yang berlaku dalam kehidupan anda, bagi mereka yang senantiasa membantu dan setia menemani keseharian anda, meringankan beban dan tugas anda. Semangatkan diri dalam beribadah pada Allah, dengan cara mematuhi segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Jangan biarkan diri anda sebagai sosok yang ditakuti karena kemurkaan dan kekerasan anda terhadap yang papah. Sebagaimana perilaku yang diterima Tenaga Kerja Wanita (TKW) dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di negeri luar sana. Bentuk hubungan yang baik secara horizontal dan pertikal, kepada Allah (hablumminallah) dan sesama umat manusia (hablumminannas). Wallahu A’lam.

1 komentar:

  1. malam. benar ini khairul alumni STAIN Curup ? saya amina erni dan terima kasih karya tulis saya telah dimuat dalam akun milik khairul ini.

    BalasHapus