Rabu, 21 Maret 2012

Pendidikan Wirausaha Di lingkungan Keluarga


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Banyak orang tua yang belum mengerti cara-cara mendidik anak yang efektif. Kebanyakan dari mereka melaksanakan pendidikan dengan menggunakan kekuasaan atau otoritas orang tua. Anak dianggap sebagai makhluk yang harus tunduk dan patuh kepada segenap kehendak dan aturan-aturan orang tua. Sikap berkuasa sementara orang tua ini ditunjukkan kepada anak-anak, terlebih-lebih kepada anak-anak yang bukan anak kandung mereka atau anak-anak dari sanak saudara yang berasal dari lingkungan lain misalnya dari desa. Pendidikan yang mereka berikan lebih banyak berupa nasihat-nasihat dan teguran-teguran yang tidak memperhatikan taraf pertumbuhan dan perkembangan anak. Mereka anti terhadap tindakan-tindakan anak yang dianggap salah atau tidak pantas. Bagi para orang tua yang belum mengenal perkembangan jiwa anak, cenderung lebih suka menganggap aneka tingkahlaku anak kecil sebagai keanehan yang tidak pantas. Para orang tua cenderung menekan dan membatasi gerakan dan variasi tingkahlaku anak-anak.
Dalam praktek, sering pula kita jumpai banyak keluarga atau orang tua yang membiarkan kehidupan anak-anak di rumah dirundung oleh situasi rutin yang tidak kreatif. Anak-anak tidak diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang melatih pribadi yang dinamis dan kreatif. Anak dibiarkan bermalas-malasan, luntang-lantung tak menentu. Akibatnya, anak sering tidak krasan dan tidak betah untuk tinggal di rumah dan pergi begadang entah kemana, orangtua tidak dapat mengadakan pengawasan atau bahkan tidak perduli. Apalagi jika anakanak sudah bersekolah dan kebetulan memiliki cukup kecerdasan, maka orangtua menjadi bangga dan puas. Akibat kepuasannya itu, mereka menjadi lengah, merasa tidak perlu lagi membimbing dan melatih kekuatan mental anak agar siap untuk menghadapi tantangan hidup maas depan. Situasi semacam itu juga merugikan anak. Anak menjadi canggung, kekuatan pribadinya menjadi kurang berkembang.
Semua apa yang diungkapkan di atas adalah bukan kondisi yang tepat untuk membelajarkan anak menjadi manusia wirausaha. Kondisi semacam itu perlu mendapatkan perhatian dan perlu diubah menjadi situasi belajar kewiraswastaan di lingkungan keluarga.
Beranjak dari uraian diatas dan berdasarkan silabus matakuliah kewirausahaan, peuliis membuat makalah dengan judul “pendidikan wiraswasta dalam lingkungan keluaraga menurut tingkat perkembangan keribadian anak (psikologi)”

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Peran lingkungan keluarga dalam membentuk kepribadian anak?
2.      Bagaimanakah tingkat perkembangan kepribadian anak?
3.      Bagaimana pendidikan wirasuwasta yang sesuai dengan tingkat perkembangan kepribadian anak?

C.    Tujuan
1.      Melengkapi persaratan perkuliahan dalam matakuliah Kewirausahaan prodi PBI semester VII
2.      Mengetahui tingkat perkembanagan kepribadian anak dan mengetahui pendidikan wirasuwasta yang tepat menurut tingkat perkembangan kepribadian anak.

D.    Batasan
Makalah ini hanya membahas tentang pendidikan wirasuasta menurut tingkat perkembangan kepribadian anak dalam lingkungan keluarga.

E.     Manfaat
Setelah memahami pendidikan wirasuasta yang disesuaikan dengan tingat kepribadian anak dilingkungan keluarga, maka ketika hidup di real society, pendidikan-pendidikan yang direalisasikan dilingkungan keluarga dalam rangka menciptakan manusia wirasuasta tidak bertolak belakang dengan konsep-konsep pendidikan wiraswasta yang benar. 



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kepribadian
Kata kepribadian berasal dari bahasa Italia dan inggris yang berarti persona atau personality yang berarti topeng. Akan tetapi sampai saat ini asal usul kata ini belum diketahui.
Konteks asli dari kepribadian adalah gambaran eksternal dan sosial. hal ini diilustrasikan berdasarkan peran seseorang yang dimainkannya dalam masyarakat. Pada dasarnya manusialah yang menyerahkan sebuah  kepribadian kepada masyarakatnya dan masyarakat akan menilainya sesuai degan kepribadian tersebut.
Definisi kepribadian memiliki lebih dari lima puluh arti akan tetapi definisi kepribadian yang penulis maksud di sini adalah himpunan dan ciri-ciri jasmani dan rohani atau kejiwaan yang relatif tetap yang membedakan seseorang dengan orang lain pada sisi dan kondisi yang berbeda-beda.[1]

B.     Lingkungan Keluarga
lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran ini. Peran lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Banyak hadis yang meriwayatkan pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti masalah aqidah, budaya, norma, emosional dan sebaginya. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini.
Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungannya. Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak yang dilahirkan berdasarkan fitrah, Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya dia yahudi atau Nasrani atau majusi”.[2]
Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah keluarga mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya.[3]
 Dalam kaitanya dengan wirasuwasta, Orang tua merupakan pelaksana dan penanggung jawab pertama dan utama atas pendidikan anak. Dalam rangka mempersiapkan anak-anak untuk menjadi manusia-manusia wirasuwasta diperlukan  perlakuan yang tepat dari pihak orang tua sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan anak itu.

C.    Pendidikan Wiraswasta di lingkungan keluarga menurut tingkat Perkembangan Kepribadian Anak
a.      Perlakuan mendidik manusia wiraswasta pada anak-anak di masa kanak-kanak
Menurut uraian terdahulu, masa kanak-kanak dialami oleh anak dalam usia antara 2 s/d 12 tahun. Selama itu anak berkembang dalam dua priode yaitu, priode usia 2-5 tahun dan priode usia sekolah dasar antara 6/7 tahun s/d 12 tahun, yang pada masing-masing priode terdepat ciri-ciri perkembangan pribadi yang berbeda.[4]
Perlakuan keluarga yang dirasa sesuai dengan tingkat usia anak-anak (2-5 tahun) terdiri atas:
1.      Latihan-latihan kepribadian, antara lain:
a.       Melatih berbahasa (belajar menyebutkan nama-nama benda, orang, menyatakan sifat-sifat dan keadaan sesuaru dialam sekitarnya, latihan membilang dan menyatakan keinginan-keinginan).
b.      Melatih daya ingatan, (antara lain: mengingat-ingat dan menyebutkan hal-hal yang pernah diamati pada waktu-waktu sebelumnya).
c.       Melatih daya khayal atau imajinasi (misalnya dengan berceritera, permainan kreatif).
d.      Melatih aktualisasi diri (berceritera, menyanyi, menggambar, bermain dan berpendapat).
2.      Layanan kasih sayang
Yaitu bagaimana sebaiknya orang tua mencurahkan rasa kasih sayang kepada anak-anak pada usia-usia ini. Pada masa-masa yang unik ini, anak memang sangat memerlukan kasih sayang penuh dari pihak orang tua. Kasih sayang hendaknya diwujudkan dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak seusia ini, antara lain:[5]
a.       Perhatian orang tua terhadap keinginan dan tingkah laku anak
b.      Perlindungan orang tua atas berbagai macam tindakan dan pristiwa yang dirasakan oleh anak mengganggu atau mengancam
c.       Pengakuan terhadap prestasi yang ditunjukkan oleh anak betapapun kecilnya
d.      Pembatasan terhaadap semua keinginan anak sehingga mereka tidak cenderung menjadi agresif
Suatu hal yang perlu diingat adalah bahwa anak usia ini memang perlu mendapat kasih sayang penuh, namun hati-hati, perlu pembatasan seperlunya terhadap semua keinginan anak. Benih-benih sikap manja atau tidak manja mulai tertanam pada masa ini.
Perlakuan orang tua yang sebaiknya terhadap anak umur 7 tahun sampai 12 tahun agar pribadi anak berkembang secara wajar untuk menjadi manusia wirasuwasta.
Dibawah ini adalah pendidikan yang diharapkan dari orang tua terhadap anak usia sekolah dasar dalam rangka mendidik anak menjadi manusia wirasuwasta.
1.      Latihan-latihan kepribadian
a.       Melatih pembentukan idea tau gagasan.
Pada masa ini kemampuan bahasa dan imajinasi anak makin berkembang. Dengan menunjuk berbagai fakta dan pristiwa, anak perlu dilatih dan dibimbing untuk mengemukakan pendapat, idea tau gagasan.
b.      Melatih disiplin.
Pada masa ini anak telah dapat mengerti hal-hal yang perlu atau tidak perlu untuk ia lakukan. Pada masa ini anak perlu dilatih melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik, misalnya dalam hal makan, tidur, mandi, belajar dan bekerja ringan.

c.       Melatih berfikir untuk memecahkan masalah.
Anak pada usia ini sudah memiliki daya intelektual untuk mengenal diri dan alam sekitarnya. Disamping fungsi berbahasa, ingatan dan minatnya semakin mantap, perkembangan pribadi yang menonjol pada usia ini yaitu pada fungsi berfikirnya. Disinilah saatnya untuk melatih pikiran anak. Dalam usia ini, anak hendaknya lebih banyak dihadapkan pada berbagai masalah yang menantang minatnya untuk memecahkanya. Kemampuan berfikir anak pada masa ini sangat dipengaruhi oleh daya pengamatan, daya ingatan dan imajinasi yang ada pada dirinya.

d.      Melatih kepercayaan anak kepada diri sendiri.
Pada masa ini anak mulai dapat mengukur kualitas pribadinya dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Tugas orang tua yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk berkawan dan bergaul dengan orang lain.. bila perlu ciptakan persaingan antar anak untuk mencapai prestasi pikiran atau pekerjaan. Seberapa jauh prestasi anak hendaknya memperoleh penghargaan untuk membina kepercayaan pada diri sendiri. Disamping itu pekerjaan anak perlu mendapat penilaiaan secara obyekktif, ditunjukkan kekuatan dan kelemahannya sembari diberikan motivasi untuk berprestasi lebih baik lagi.

e.       Melatih kerajinan dan ketekunan anak dalam belajar dan bekerja.
Anak seusia ini sangat memerlukan bimbingan dan pengawasan terhadap setiap aktivitasnya.
Suatu hal yang perlu diketahui oleh para orang tua dalam mendidik anak seusia ini disamping perlu membimbing daya  ingatan dan imajinasi, maka perhatian khususu perlu diberikan untuk melatih daya pikikran anak untuk memecahkan masalah.
Berikut ini adalah sedikit petunjuk dalam usaha melatih daya pikiran anak, diantaranya:
a.       Ajarkanlah anak untuk memilih masalah yang perlu dipecahkan
b.      Ajarkanlah anak membiasakan diri berfikir berdasarkan fakta
c.       Jangan memberikan tahayul dan informasi-informasi yang tidak masuk akal, karena hal-hal itu dapat melekat pada pola tingkah laku anak
d.      Latihlah anak melihat dan mengumpulkan data yang  berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan
e.       Ajarkanlah anak untuk mengolah sendiri data yang terkumpul itu dalam usaha memecahkan suatu masalah
f.       Bimbinglah anak untutk dapat menarik keimpulan dari analisa data itu, dan kemudian diajak berdiskusi untuk mengambil keputusan.

2.      Permainan-permainan
Anak usia sekolah dasar ini memerlukan permainan-permainan social. Anak suka bermain dengan anak-anak lain. Disamping anak diberi kesempatan untuk pegi bermain dengan teman sebayanya, pihak orang tua perlu juga menciptakan sitasi bermain di lingkungan keluarga. Berbagai macam permainan yang perlu diajarkan misalnya:
a.       Permainan yang melatih ketangkasan mental, seperti: halma, domino, karambol, dan kalau perlu catur, teka-teki dan cerdas cermat.
b.      Permainan yang melatih kepercayaan pada diri sendiri, misalnya: lawak, deklamasi, sosio drama.
c.       Permainan yang melatih keberanian bergaul, misalnya: teka teki, jamuran, kucing-kucingan, gobang, gating, ding, dsb.
d.      Permainan yang melaih ketangkasan jasmanai, sportivitas, tanggung jawab, tenggang rasa. Misalnya: kasti, ping pong, jetungan, sepak bola dsb.
Suatu hal yang menjadi catan adalah, bahwa pembagian jenis permainan diatas adalah tidak mutlak seperti itu. Pada dasarnya setiap jenis permainan yang disebutkan diatas dapat melatih berbagai fungsi dalam kepribadian anak.

3.      Layanan kasih sayang.
Pada dasarnya, anak seusia ini masih memerlukan  kasih sayang seperti pada anak yang berusia lebih muda, namun pada diri mereka mulai tumbuh keinginan untuk tidak tergantung sepenuhnya kepada orang dewasa. Oleh kerena itu hendaknya orang tua tidak terlalu mendominir usaha pengembangan anak. Prinsip otoaktivitas anak hendaknya mendapatkan perhatian dari orang tua. Peranan orang tua bukanya menguasai, melainkan memberikan kesempatan berkembang disertai dengan bimbingan dan pengawasan.
Anak usia sekolah dasar ini telah memiliki potensi untuk berfikir dan berbuat, oleh karena itu anak seusia ini sudah dapat dilibatkan didalam kesibukan usaha keluarga. Mereka sudah boleh diikutsertakan dalam fungsi-fungsi perusahaan keluarga.,
Mereka perlu mulai diberi kesempatan untuk belajar dan memperoleh pengalaman kewirasuwastaan. Dengan berpartisipasinya didalam latihan-latuhan kewirasuwastaan, anak mulai ditempa kepribadiannya untuk siap mengenal dan mengatasi permasalahan hidupnya.
Drs. Suemanto, MPd. (pendidikan wirasuwasta, 1996), menawarkan kiat-kiat untuk mempersiapkan anak-anak menjadi manusia wirasuwasta, diantaranya:
a.       Berilah kesempatan kepada anak-anak untuk mempelajari kenyataan serta praktek-praktek kehidupan nyata orang tua sehari-hari. Biarkanlah kepada mereka sejak kanak-kanak mulai mengamati dan mengenal bagaimana keluarga bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Disini anak akan mulai mengenal dunia dan minatnya terdorong untuk berpartisipasi didalam dunia kerja.
b.      Berilah kesempatan terhadap anak-anak untuk aktif. Banyak orang tua yanb mencap anak-anak yang aktif melakukan berbagai percobaan sebagai anak-anak nakal dan tidak sopan. Sebenarnya, itulah anak-anak yang berpribadi dinamis, antusias dan kreatif. Anak yang suka menyibukkan diri hendaknya tidak asal dimarahi dan dicap nakal. Justru mereka itu sedang melatih potensi kreativitasnya dan mereka akan merasa senag apabila mendapat perhatian, pengakuan dan pengarahan yang memberi motivasi belajar.
c.       Janganlah secara terus menerus orang tua member perintah, teguran dan larangan. Banyak orang tua yang cenderung bersikap otoriter terhadap anak dengan maksud menyayangi. Dengan selalu mendapat printah, larangan dan tekanan, maka perkembangan pribadi anak menjadi terhambat. Anak berkembang secara kurang wajar akibat dari campurtangan yang terus menerus dari luar diri anak.
d.      Orang tua hendaknya tidak terlalu menyolok didalam membeda-bedakan kasih sayang terhadap masing-masing anak. Banyak orang tua yang cenderung mencurahkan perhatian dan kasih sayang yang lebih besar kepada anak yang bungsu dan anak yang lebih tua cenderung diabaikan. Tindakan semacam ini akan merugikan semua anak, anak yang tua akan menjadi tertekan dan kecewa, sedangkan anak yang bungsu menjadi manja dan besar kepala. Oleh karena itu, orang tua sebaiknya berusaha untuk memberikan perlakuan yang adil terhadap semua anak dengan memperhatikan perbedaan individual anak. Demikian pula factor perbedaan jenis kelamin hendaknya tidak dijadikan alasan untuk menganak emas dan menganaktirikan anak-anak.
e.       Biarkan anak-anak membuat kesalahan, menurut pendapat sebagian orang tua yang mengerti tentang hakikat pendidikan, tujuan mereka mendidik anak yaitu membentuk pribadi anak agar bertingkah laku sesuai dengan keinginan orang tua. Maka orang tua cenderung memandang berbagai tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua dianggap salah. Prilaku yang menyedihkan anak sering diderita oleh anak akibat orang tua berpandanagan demikian. Demi perkembangan pribadi anak secara wajar dan dinamis maka orang tua sebaiknya:
·         Mengerti, bahwa tujuan pendidikan anak adalah bukan menjadikan anak yang penurut dan apatis, melainkan membimbing perkembangan pribadi anak secara wajar dan dinamis sehingga mereka secara berangsur-angsur mampu berdiri sendiri.
·         Memahami, bahwa anak yang usianya masih muda adalah wajar kalau sering membuat kesalahan. Tugas kita sebagai orang tua bukanya mencegah teradinya kesalahan pada anak serta menghukum setiap kealahan. Karena hal ini dapat membina rasa takut dan serba salah, sehingga anak menjadi penakut dan canggung dalam menghadapi dan mengatasi tantangan hidupnya nanti.
·         Member kesempatan kepada anak untuk melakukan kesalahan. Dalam hal ini, bukan berarti bahwa orang tua harus membiarkan kesalahan-kesalahan itu terjadi terus secara berulang-ulang tanpa diberi pengarahan. Yang perlu disadari oleh orang tua adalah, bahwa kesalahan-kesalahan merupakan suatu yang manusiawi, terlebih pada anak-anak. Anak akan belajar banyak dari akibat kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Dengan berbagai tindakan yang salah, anak akan cepat mengenal kenyataan, sehingga anak menjadi berpengalaman belajar serta mampu intuk memilih tindakan-tindakan yang baik dan berguna bagi dirinya dan orang lain.

b.      Mendidik Manusia Wiraswasta pada Anak-anak di Masa Pra-Remaja
Perlakuan keluarga terhadap anak yang enginjak masa pra-remaja tentunya sedikit berbeda dengan perlakuan terhadap anak dimasa kanak-kanak. Masa pre-adolesen atau pra-remaja ini bergerak anatara umur 12 tahun sampai dengan 15 tahun. Pada masa ini pribadi anak ditandai oleh perkembangan yang dominan pada penalaran intelektualnya. Jiwa anak sedikit mengalami kegoncangan akibat perubahan dan pertumbungan jasmani yang disebabkan terjadinya “miyosis” (perkembangan fungsi kelenjar) didalam tubuhnya. Anak mulai cenderung untuk melepaskan diri dari pengawasan orang tua yang dirasakan terlalu membatasi minat dan tingkahlakunya. Kejutan-kejutan dialami oleh para orang tua berhubung adanya perubahan sikap yang menyolok dari pihak anak terhadap orang tua. Anak mulai berani menentang perlakuan orang tua.[6]

a.       Latihan-latihan kepribadian
Terhadap anak pada masa ini, orang tua sering mengalami kesulitan dalam mengatur dan mengarahkan tingkahlaku anak. Dalam masa ini orang tua secara intelejen tetap berusaha melatih kepribadian anak dalam hal-hal berikut:
·         Member kesempatan yang lebih banyak kepada anak untuk mengenal perkembangan diri serta pertumbuhan menjelang masa remaja, dengan pengarahan yang penuh pengertian.
·         Lebih merangsang perkembangan daya pikir anak, dengan menghadapkan anak kepada tugas-tugas yang mengandung problematic.
·         Membimbing daya nalar anak untuk mengerti sopan santun serta masalah-masalah etis.
Hal penting yang perlu diketahui oleh orang tua tentang pendidikan seorang anak pada usia ini adalah, bahwa anak tidak suka diatur secara paksa. Anak ingin selalu mnunjukkan bahwa dirinya dapat mengerti sesuatu dan dapat melakanakan berbagai macam pekerjaan tanpa harus selalu di dikte oleh orang lain.

b.      Permainan-permainan
Anak pada usia ini suka mencari atau menciptakan sendiri permainan-permainannya. Oleh karena itu orang tua tidah usah lagi terlalu pusing tentang permainan anak ini. Yang penting orang tua sedapat mungkin tidak mencela terhadap setiap kegiatan bermain anak sejauh permainan itu tidak membahayakan diri anak atau orang lain, dan selama permainan itu tidak melanggar nilai-nilai etis. Akan lebih baik apabila orang tua berusaha agar permainan seorang anak mulai diarahkan untuk melatih kemauan anak untuk bekerja sambil bermain atau bermain sambil bekerja.
Satuhal yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah member kesempatan kepada anak untuk berolah raga misalnya, senam, lari pagi dsb. Guna menjaga keseimbangan dalam hal pertumbuhan jasmaninya yang dipengaruhi oleh pertumbuhan/ perubahan kelenjar.

c.       Layanan kasih sayang
Anak pada masa pra-remaja ini tidak lagi membutuhkan kasih sayang seperti pada anak usia kanak-kanak lagi, bahkan ia tidak suka untuk dianggap kanak-kanak oleh orang lain. Kasih sayang yang diperlukan oleh anak usia ini adalah berupa pemberiaan kepercayaan, pengakuan dan pemberian penghargaan atas setiap hasil kerja pikir ataupun pisiknya.
Oleh karena anak pada masa ini ingin berusaha menunjukkan kemampuan untuk memenuhi/ melayani kebutuhannya sendiri serta dalam memikirkan setiap permasalahan hidup manusia, maka perlakuan-perlakuan berikut kiranya perlu dipertimbangkan:
·         Mulailah member pembagian tugas-tugas pekerjaan rumah tangga kepada anak-anak seusia ini, misalnya: mengatur ruang tamu, kebersihan/ pengaturan taman, kebersihan rumah, kamar mandi, dsb. Pembagian tugas pekerjaan ini dimaksudkan, agar anak merasa dipercaya dan diperlukan. Disamping itu membiaakan anak untuk mau bekerja dan menghargai setiap pekerjaan.
·         Menanamkan sikap pada anak, bahwa bekerja merupakan kegiatan yang berguna. Tidak ada pekerjaan yang hina, selama pekerjaan itu tidak merugikan orang lain. Sikap anak pada usia ini terhadap jenis-jenis pekerjaan, akan terbawa kedalam pribadinya dimasa berikutnya, sehingga mempengaruhi hal bagaimana anak menghargai suatu pekerjaan. Ada anak yang hanya suka menghargai pekerjaan-pekerjaan ketata usahaan, perkantoran dan pekerjaan-pekerjaan tangan bersih lainnya. Anak yang demikian akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan syatu pekerjaan. Keadaan seperti ini akan menghambat kemajuan pribadi anak untuk menjadi manusia wirasuwasta.
·         Anak pra-remaja sudah dapat di ikut sertakan didalam setiap kegiatan usaha dalam perusahaan keluarga dan bahkan dalam ketiga fungsi perusahaan keluarga. Yaitu dalam pekerjaan produksi, kegiatan manajemen dan bahkan dalam pembuatan policy dibawah pengarahan dari orang dewasa. Justru dari sejak masa inilah saat yang tepat untuk melatih kecakapan, ketekunan, dan keuletan bekerja seorang anak.
·         Ajarkanlah kepada anak mulai pada masa ini untuk bermusyawarah, bertukar pikiran dan mengeluarkan pendapat, karena pada masa ini anak mengalami perkembangan penalaran intelektual secara menonjol didalam pribadinya. Dan sikap mental bekerja mulai terbentuk pada anak dimasa Pra-Remaja ini.

c.       Mendidik Manusia Wirasuwasta pada Anak-anak di Masa Renaja
Pada dasarnya, perlakuan mendidik anak pada masa pra-remaja masih dilanjutkan pada anak yang telah menginjak masa remaja. Namun, pada masa renaja ini terjadi perubahan pola perkembangan pribadi anak, terutama pada perkembangan daya nalarnya yang surut akibat dominasi perkembangan dorongan seksualitas serta pemahaman nilai moral. Olehkarena itu perlu peubahan strategi dalam mendidik anak remaja ini.[7]
a.       Latihan-latihan kepribadian
Pada masa remaja ini, anak semakin segan bergaul dengan orang tua, minatnya mulai banyak tertuju kepada orang lain, perhatiannya mulai tertuju kepada teman-teman lain jenis kelamin. Keinginan dan emosi anak berfungsi secara dominan didalam diri anak. Anak di usia remaja semakin berusaha menjauhi kekuasaan orang tua, oleh karenanya orang tua sering menjadi tidak berdaya dalam usahanya mendidik anak. Untuk itu orang tua harus mulai banyak menjalin hubungan dengan pihak-pihak lain dalam mendidik anak. Pihak-pihak yang dapat membantu hal ini antara lain guru, ulama, teman sebaya, dan pihak orang dewasa lainya. Dengan kerja sama ini, orang tua berusaha:
·         Melatih keseimbangan emosi anak. Orang tua secara santai bicara dengan anak, seolah-olah bergurau, tetapi penuh dengan pengarahan tentang bagai mana memilih keinginan yang baik.
·         Agar anak mampu menemukan keseimbangan emosi, orang tua dapat member petunjuk tentang cara melatih kemauan didalam pekerjaan sehari-hri
·         Mulai memberikan pendidikan moral. Orang tua hendaknya member petunjuk dan dorongan kepada anak untuk suka berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah, mengikuti kegiatan kebaktian atau pengajian serta membaca buku-buku yang membahas masalah etis dan moral.
Dengan demikian peran orang tua dalam mendidik pribadi anak yang sudah remaja ini semakin bersifat tidak langsung.
Adapun peran langsung yang dimainkan oleh orang tua dalam mendidik anak remaja dalam hal kewirasuwastaan adalah:
b.      Latihan-latihan kecakapan kerja kewirasuwastaan
Anak remaja memperoleh bekal pribadi yang lebih kuat untuk mampu berwirasuwasta, maka orang tua hendaknya mengajak dan membimbing anak dalam hal:
·         Memahami arti wirasuwasta dan cirri-ciri manusia wirasuwasta
·         Memahami pentingnya wirasuwasta dalam memajukan kehidupan pribadi, keluarga, bangsa dan Negara
·         Memahami keluarga/ rumah tangga sebagai suatu lembaga ekonomi (sebagai perusahaan mini)
·         Mengenal bidang-bidang dan jenis-jenis kegiatan wirasuasta.
·         Dalam setiap kegiatan kerja, orang tua member motivasi dan bimbingan untuk memperkuat pribadi atau sikap mental wirasuasta.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari para orang tua dalam mendidik anak remaja menjadi manusia wirasuwasta adalah:
a.       Dalam hal pendidikan kepribadian pada anak remaja, orang tua tidak bekerja sendirian, tetapi melihatkan pihak-pihak lain
b.      Berilah kesempatan kepada anak untk belajar memimpin suatu usaha bersama. Dalam melatih anak untuk  dapat memimpin usaha bersama ini dapat ditempuh secara berahap dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Latihan pelaksanaan kegiatan-kegiatan produsksi
2.      Latihan pelaksanaan kegiatan administrasi
3.      Latihan pelaksanaan tiap-tiap fungsi menejemen sederhana seperti: perencanaan, pembagian tugas pekerjaan, pembimbingan kerja bagi adik-adiknya, pengawasan kerja, dan penyusunan anggaran
4.      Latihan membuat policy perusahaan
5.      Latihan memimpin kegiatan produksi
6.      Latihan mengatur kegiatan pemaaran jika perlu
7.      Latihan memimpin musyawarah keluarga
8.      Latihan memimpin perusahaan keluarga (sebagai menejer)

c.       Doronglah minat anak untuk memperkaya pengalaman belajar, baik dari sekolahnya, dari pergaulannya dimasyarakat, dan dari buku-buku yang membahas tentang kewirasuwastaan, ekonomi, pendidikan, pembinaan kepribadian dan sikap mental, dan moneter. Dengan demikian anak dapat memperkuat dirinya sebagai manusia wirasuwasta melalui bekerja nyata, berdoa, membaca-baca, dan bergaul.
Perlu dicatat, bahwa peranan keluarga atau orang tuadalam mendidik manusia tidak mesti hanya berhenti pada anak-anak yang mencapai akhir masa remaja atau setelah anak berumah tangga sendiri. Harapan kita memang begitu, bahkan orangtua dapat melepas anak untuk berdikari 100% sebelum mereka menikah. Namun demikian, apabila anak yang bersangkutan sampai berumah tangga tatapi ternyata masih belum mampu berwirasuwasta, adalah masih menjadi kewajiban orang tua atau keluarga untuk tetap membimbingnya.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Beranjak dari pembahasan diatas, maka pemakalah dapat menyimpulkan bahwa dalam mendidik anak agar mempunyai jiwa wirasuwasta harus dimulai sejak dini, yaitu pada lingkungan keluarga. Oleh karena itu peran keluarga sangatlah penting untuk memahami dan membentuk kepribadian seorang anak sesuai dengan tahapan tahapan perkembangan kepribadian dalam mendidik anak untuk terlatih menjadi manusia wiraswasta.
Adapun pendidikan anak sesuai dengan tingkat perkembangan kepribadianya adalah sebagai berikut:
1.      Pada masa kanak-kanak (2 sampai 12 tahun), pada masa ini, anak-anak berkembang dalam dua priode yaitu:
a.       Umur 2 sampai 5 tahun
·         Melatih kepribadian anak dengan cara, melatih berbahasa, melatih daya ingatan, melatih daya imajinasi dan melatih aktualisasi.
·         Pengakuan terhadap prestasi yang ditunjukkan anak walaupun kecil
·         Pembatasan-pembatasan keinginan anak agar tidak cenderung menjadi agresif.
b.      Umur 6 sampai 12 tahun (usia sekolah dasar)
·         Melatih kepribadian dengan cara: melatih pembentukan ide/ gagasan, melatih disiplin, berfikir memecahkan masalah, melatih self confidence anak, melatih kerajinan dan ketekunan anak dalam belajar dan bekerja.
·         Mendidik melaui permainan-permainan yang bertujuan unutuk: melatih ketangkasan mental, berani bergaul dengan orang lain, ketangkasan jasmani, seportivitas, tanggung jawab, tenggangrasa.
·         Mendidik melalui layanan kasih sayang seperti: memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif, tidak terlalu memberikan larangan, tegoran sehingga anak tertekan, biarkan anak-anak membuat kesalahan.

2.      Pada masa Pra-Remaja
·         Melatih kepribadian anak dengan cara: memberi kesempatan yang lebih banyak kpada anak untuk mengenal perkembangan diri, lebih merangsang perkembangan daya pikir anak, membimbing daya nalar untuk pemahaman sopan santun dan masalah etis.
·         Pada masa ini anak cenderung memilih permainanya sendiri, peran orang tua hanya member pengarahan apabila permainan yang dilakukan berbahaya pada diri dan orang lain.
·         Member tugas-tugas pekerjaan rumah tangga seperti: kebersihan halaman, tata ruangan dll
·         Menumbuhkan sikap cinta bekerja, seperti: mengajak anak untuk ikut serta dalam usaha perusahaan keluarga.
·         Mengajarkan untuk belajar bermusawarah

3.      Pada masa Remaja
·         Melatih kepibadian anak dengan cara: melatih keseimbangan emosi anak dengan cara menasehati dengan lembut. Mengenalkan anak pada buku-buku yang membahas masalah moral.
·         Mengajak dan membimbing anak paham akan arti wiraswasta dan bagaimana cirri manusia wirasuawta
·         Pentingnya wirasuwasta dalam memajukan kehidupan pribadi, keluarga dan bangsa dll
·         Usahakan anak paham bahwa keluarga/ rumah tangga adalah sebuah perusahaan mini.
·         Orang tua selalu memberikan motivasi Anak untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaa dalam usaha wiraswasta

Perlu kita ketahui bahwa uraian diatas hanyalah konsep-konsep/ theory tentang bagaimana menciptakan manusia wirasuwasta dilingkungan keluarga menurut tingkat perkebangan kepribadianya, tentu teory membutuhkan suatu pengamalan ketika kita mengharapkan hasil/ bukti dari theory tersebut, maka memahami teory adalah penting dan yang lebih penting adalah memprakteknya.

B.     Saran
Kita ketahui bahwasanya mendidik anak agar mempuyai jiwa wiraswasta haruslah di mulai sejak dini. Dan karena lingkungan keluargalah yang merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak untuk menemukan kepribadian wirasuasta maka pemakalah mengharapkan agar sebagai pendidik sangat penting sekali memahami bagaimana menerapkan pendidikan wirasuwasta terhadap anak-anaknya dengan kata lain metode didiknya harus sesuai dengan konsep-konsep yang ada pada kewirausahaan yaitu, mendidik anak agar menjadi manusia wirasuwasta itu disesuaikan dengan tahapan perkembangan kepribadian anak agar tujuan dari pendidikan wirasuwasta itu terlakana sehingga melahirkan manusia-manusia wirasuasta yang mempunyai prospek hidup yang menjanjikan.
Dan khususnya bagi calon generasi yang nantinya akan membangun sebuah keluarga, agar mendidik anak-anaknya dengan memahami kepribadian anak masing-masing dalam memberikan pendidikan wiraswasta. 
                                                                                                               



[2] Yunus Muh, 2008, Islam dan Kewirausahaan Inovativ, Malang: UIN-Malang Press
[3] Risyad, Menumbuhkan Jiwa Wiraswasta pada Anak, http://parentsguide.co.id/?p=175, Ciputat. (28/ 09/ 2011/ 14.00 Wib)
[4] Wasty Soemanto, 1996, Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta, Malang: Bumi Aksara, Hal.113

[5] Op cit, Wasty Soemanto, Hal: 121-125
[6] Op cit, Wasty Soemanto, Hal: 126

[7] Op cit, Wasty Soemanto, Hal: 129

Tidak ada komentar:

Posting Komentar